(0362) 21146
kominfosanti@bulelengkab.go.id
Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik

Pentingnya Kesehatan Ibu Dan Balita Dalam B’Kom

Admin kominfosanti | 13 Agustus 2024 | 103 kali

Kesehatan ibu dan balita menjadi perhatian serius yang mencerminkan situasi di seluruh Indonesia dan negara berkembang lainnya. Tingginya angka kematian ibu dan balita, kasus stunting, dan penyebaran TBC masih menjadi tantangan utama yang harus diatasi. Topik yang hangat ini akan diulas secara mendalam di Podcast Bincang Kominfo (Bikom) dengan menghadirkan narasumber yang kompeten yakni Plt Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr. Arya Nugraha dan dr. I Wayan Parna Parianta sebagai anggota asosiasi rumah sakit swasta Indonesia, bertempat di Ruang BCC Kominfosanti Buleleng, Selasa (13/8).

Pada kesempatan ini, dr. Arya Nugraha menyampaikan sebagai rumah sakit tipe B dan rumah sakit pendidikan utama FK Undiksha, RSUD Buleleng telah diberi mandat oleh Kementerian Kesehatan untuk memainkan peran penting dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Program utama yang dijalankan termasuk Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), yang mencakup pelayanan emergensi untuk ibu dan bayi baru lahir. Kepala Dinas Kesehatan Buleleng menegaskan bahwa masalah ini tidak dapat diselesaikan hanya oleh tenaga medis, tetapi memerlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat dan stakeholder pemerintah.

Keterlambatan deteksi dan penanganan kasus kehamilan berisiko tinggi menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu. Geografi Kabupaten Buleleng yang luas membuat akses cepat ke RSUD, yang berada di pusat kota, menjadi sulit, terutama dari daerah terpencil. Untuk mengatasi hal ini, rumah sakit tipe C dan D di wilayah tersebut didorong untuk memperkuat penanganan kasus kehamilan sehingga tidak selalu harus dirujuk ke RSUD.

Dokter Arya juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan masa pertumbuhan anak. “Sarana dan prasarana sudah memadai, dan tenaga ahli yang diperlukan juga sudah tersedia. Namun, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ibu dan balita adalah kunci,” ujarnya.

RSUD Buleleng telah menyiapkan UGD, poliklinik, dan ruang rawat bersalin yang memenuhi standar. Selain itu, rumah sakit ini juga diberikan tambahan tugas untuk membimbing rumah sakit lain di wilayah Buleleng dalam pelayanan PONEK. "Kami berharap dapat menurunkan angka kematian ibu dan mengatasi masalah stunting dengan pelayanan emergensi yang terintegrasi untuk ibu dan bayi baru lahir," tambah Kepala Dinas Kesehatan.

Dinas Kesehatan Buleleng juga secara rutin melakukan edukasi dan pendampingan ke puskesmas serta masyarakat. Program-program edukasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk universitas dan organisasi masyarakat, untuk memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan ibu dan anak.

Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, tantangan besar masih ada dalam hal ketersediaan tenaga medis di rumah sakit swasta dan di daerah terpencil. Banyak rumah sakit yang belum memiliki dokter spesialis kandungan tetap, sehingga penanganan emergensi sering kali masih terbatas.

Pihaknya juga mengakui bahwa pendanaan menjadi isu penting. “Masalah pembiayaan sering kali menjadi penghalang bagi ibu hamil untuk memeriksakan diri dan mendapatkan perawatan yang diperlukan. Oleh karena itu, kami berharap ada dukungan lebih lanjut dari pemerintah untuk membantu mengatasi kendala ini,” ujarnya

Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, rumah sakit, dan masyarakat, diharapkan angka kematian ibu dan balita di Buleleng dapat menurun secara signifikan. “Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Kami yakin, dengan kerjasama yang baik, kita dapat mencapai target-target kesehatan ibu dan anak yang lebih baik di masa depan,” pungkasnya.

Sementara itu, dr. I Wayan Parna Parianta 

menyampaikan sinergi dan kolaborasi telah dilakukan pemetaan terhadap rumah sakit swasta yang siap menangani kasus-kasus darurat kehamilan. “Dari hasil pemetaan ini, kita dapat mengetahui daerah-daerah mana yang kondisinya lemah, sehingga dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan,” ucapnya.

Deteksi awal dan screening risiko tinggi menjadi fokus utama, dengan melibatkan dokter spesialis kandungan dan anak untuk rutin melakukan pemeriksaan di puskesmas-puskesmas di Kabupaten Bulele. Upaya ini telah dijalankan oleh Dinas Kesehatan, namun diperlukan frekuensi dan intensitas yang lebih sering.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat ditekan, serta pelayanan kesehatan di seluruh daerah dapat ditingkatkan.

Disisi lain dalam hal pelatihan yang diberikan kepada dokter, pihaknya menjelaskan bahwa setiap organisasi profesi kedokteran, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), telah memiliki struktur pelatihan masing-masing. Menurutnya, setiap dokter dan bidan memiliki kewajiban untuk memperpanjang surat izin praktek dengan memenuhi Satuan Kredit Profesi (SKP), yang salah satu komponennya diperoleh melalui pelatihan.

Pelatihan yang diselenggarakan mencakup berbagai aspek, termasuk penanggulangan dan penanganan kasus-kasus darurat, serta deteksi awal masalah kesehatan ibu dan anak. “Dengan adanya model-model pelatihan ini, tujuan utamanya adalah meningkatkan kompetensi sesuai kebutuhan. Harapannya, penanganan kasus-kasus kematian ibu dan anak tidak lagi terjadi akibat kesalahan atau kelalaian,” jelasnya.

Pelatihan ini telah menjadi program tahunan yang rutin dilaksanakan baik di rumah sakit maupun organisasi profesi. Dokter Wayan menekankan pentingnya pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh setiap rumah sakit, sesuai dengan regulasi yang ada. “Setiap rumah sakit memiliki kewajiban untuk melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan baik, dan pelanggaran terhadap hal ini dapat berakibat pada konsekuensi hukum,” tutupnya.