(0362) 21146
kominfosanti@bulelengkab.go.id
Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik

Resensi Buku: Jadilah Pendengar yang Baik

Admin kominfosanti | 09 Juli 2018 | 2561 kali

            Resensi Buku

Jadilah Pendengar yang Baik

----------------------------------------

                        Judul Buku      :  Sukses Berbicara dan Berkomunikasi (Di Segala Situasi)

                        Pengarang      :  Dra. Sari Yuanita

                        Penerbit          :  Genius Publisher, Yogyakarta

                        Tebal Buku      :  116 Halaman

                        ISBN                :  978-602-8655-17-0

            Anda pernah mendengar P4 yang merupakan singkatan dari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ? Jika belum, mungkin Anda kelahiran tahun sesudah era Orde Baru atau baru memasuki era Reformasi sekitar tahun 1998-an. Dan sebaliknya, jika sudah pernah mendengar apalagi sudah pernah ikut yang namanya Penataran P4 (di era Orde Baru) tentu dapat membayangkan bagaimana bosan dan jemunya selama mengikuti penataran tersebut. Penataran yang berlangsung kurang lebih 10 hari itu dalam pelaksanaannya dilakukan secara indoktrinatif (lebih banyak ceramah satu arah) tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Selain itu, ada satu mata tataran yang bernama latihan berpidato atau Public Speaking, yang justru amat “ditakuti” oleh para peserta. Ada salah seorang peserta yang sebelumnya kurang terlatih berbicara di depan umum, begitu mendapat giliran naik ke mimbar dan belum sampai berjalan lima menit tiba-tiba yang bersangkutan roboh jatuh pingsan lalu digotong ke UGD (Unit Gawat Darurat) Rumah Sakit setempat.

            Sejatinya, orang berpidato itu tidak lain adalah implementasi dari ilmu komunikasi, sedangkan komunikasi itu sendiri sudah dilakoni oleh setiap orang sejak ia dilahirkan hingga masa tua menjelang kematian menjemputnya. Tapi kenyataannya berkata lain, masih banyak yang tidak terampil berbicara, terutama berbicara di depan orang banyak. “Walaupun setiap orang berkomunikasi setiap hari, bukan menjadi  jaminan bahwa orang tersebut berani ngomong di hadapan khalayak ramai. Saat mencoba berbicara di depan publik, hal umum yang terjadi tanpa sadar adalah keringat bercucuran, berbicara terpatah-patah dan tidak beraturan saking gugupnya, sampai susah bernafas” (hal. 3). Dalam buku mungil ini juga diceritakan hasil sebuah survei tentang masalah-masalah apa yang paling ditakuti oleh orang Inggris ? Hasil survei benar-benar diluar dugaan karena yang paling ditakuti oleh mereka menyangkut dua hal yaitu (1) berbicara di depan umum, dan (2) mati atau meninggal dunia.

Harus Berani

            Cara mengatasi rasa takut berbicara di depan umum (public speaking) sebagaimana ditulis di hal. 32, yaitu dengan; menciptakan kemauan kuat (strong willingness), dan dengan latihan ... latihan ... dan latihan (practice). Kemauan kuat yang dimaksudkan di sini adalah dimilikinya keberanian sebelum berbicara di depan umum. Menjadi pembicara yang baik tentunya rasa takut Anda tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu. Nah, untuk menghilangkannya Anda harus memiliki kemauan yang kuat untuk berubah dari takut menjadi berani. Segala sesuatu akan terwujud pada awalnya dimulai dari niat atau kemauan. Lalu yang kedua dengan jalan berlatih (latihan ..., latihan ..., dan latihan). Penulis buku berkeyakinan bahwa dengan banyak latihan dan berlatih terus akan menjadi biasa atau akan menciptakan kebiasaan (habit) yang pada akhirnya akan menjadi lebih baik daripada sebelum berlatih.

            Berbicara pada dasarnya ada orang di depan kita sebagai lawan bicara. Nah, untuk menjadikan lawan bicara kita menjadi senang tentu ada tips yang perlu diikuti. Penulis buku mengemasnya menjadi 7 panduan atau kiat atau tips, masing-masing; (1) Kenali gaya lawan bicara, dalam hal ini yang tak boleh dilupakan adalah mengingat nama teman bicara Anda, (2) Menyesuaikan diri dengan lawan bicara, (3) Memberi kesempatan lawan bicara untuk berbicara, (4) Hindari kebiasaan memotong bicara lawan bicara, (5) Tunjukkan ekspresi sewajarnya, jangan dibuat-buat, (6) Jagalah kontak mata, jangan merunduk atau memalingkan muka ketika bicara, dan (7) Jadilah pembicara yang baik (hal. 15-18). Dari ketujuh tips yang dikemukakan ini tampaknya tips yang terakhirlah yang paling penting karena pada halaman yang lain (hal. 111) tips ini muncul lagi/diperkuat lagi meski judul sub-nya menyangkut “Pentingnya Networking” atau kemampuan bersosialisasi.

Pendengar yang Baik

            Menjadi pendengar yang baik dimaksudkan bahwa, jangan Cuma lawan bicara saja yang harus mendengarkan Anda bicara. Saat ia bicara pun, Anda harus menjadi pendengarnya yang baik. Simak ucapannya dengan seksama sehingga Anda bisa memahami semua isi pembicaraannya dan tidak terjadi missunderstanding serta lawan bicara pun menjadi lebih dihargai. Kalau Anda memperhatikan orang-orang sekeliling Anda sedang berbicara atau bercakap-cakap dengan temannya, ada kalanya peristiwa mengutamakan rasa egonya muncul di antara mereka. Lawan bicaranya seolah-olah tidak diberi kesempatan untuk bicara dan pembicaraan didominasi secara sepihak saja. Jika tidak memberi kesempatan lawan bicara untuk berbicara kemungkinan besar akan menemui kegagalan.

            Buku yang isinya mirip kumpulan artikel ini menyajikan 6 tips seputar kesuksesan berbicara, 7 seni berbicara dan menghadapi lawan bicara, dan selebihnya menyangkut hal-hal umum namun masih berfungsi sebagai penunjang keberhasilan berbicara atau berkomunikasi, terutama berkomunikasi di hadapan publik. Secara spesifik (hal. 39) diketengahkan tips-tips berbicara di depan umum yang jumlahnya tujuh butir, yaitu (1) Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu; (2) Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap pendengar/audiens; (3) Menggunakan pilihan kosa kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar; (4) Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang sesuatu/media sehingga rasa stres dapat dialirkan ke media tersebut; (5) Berani memulai bicara; (6) Bersikap tenang dan menghindari alur berpikir yang melompat-lompat; dan (7) Berilah penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara.

            Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja yang memiliki kemauan untuk meningkatkan dan memperhalus gaya bicara di depan umum (public speaking). Entah itu guru, dosen, pejabat, dan politikus, apalagi seorang inspirator dan inovator yang selalu berhubungan dengan manusia. Bahasanya enak dibaca sehingga mudah dipahami. Kendati begitu, buku yang dicetak perdana tahun Maret 2010 ini, ternyata masih ada kesalahan kecil (mungkin salah ketik), seperti yang ada di halaman 24, baris 6-7 dari atas di mana terketik agarsupaya (mestinya, cukup ditulis agar saja atau supaya saja sebab maknanya sama). Begitu juga di halaman 39, pada judul tulisan terketik DIDEPAN ... (mestinya awalan di- pisah dengan kata depan). (romi sudhita).

Sima 2015

Download disini