Pemilihan umum legislatif (Pileg) sudah berlalu dan ke depan (9 Juli 2014) rakyat Indonesia dihadapkan lagi kepada pemilihan umum presiden (Pilpres). Keduanya, baik Pileg maupun Pilpres, sama-sama berikhtiar untuk memilih banyak pemimpin (anggota legislatif, DPR, DPRD), dan anggota DPD, sedangkan pada Pilpres akan memilih seorang pemimpin yang diberi sebutan Presiden sekaligus dengan seorang wakil dengan sebutan Wakil Presiden disingkat Wapres. Dalam proses kedua jenis pemilihan umum tersebut banyak hal (adu program, adu profil, hingga persaingan yang sehat dan tidak sehat) kerap muncul, termasuk juga kasus-kasus yang muncul dan berujung di pengadilan (Mahkamah Konstitusi). Mereka para wakil rakyat yang sudah terpilih dan presiden & wakilnya yang akan terpilih sudah dapat dipastikan menyandang beban yang teramat berat. Semua kepentingan golongan harus terakomodasi dan semua pihak diupayakan terpuaskan dalam hal hak-hak dasar mereka seperti; bidang kesehatan, pendidikan, dan bidang kesejahteraan. Singkat kata, menjadi pemimpin yang ideal dan disukai banyak orang amatlah susah. Jangankan pemimpin negara atau pemerintahan, menjadi pemimpin keluarga yang memimpin segelintir orang saja kadang-kadang banyak krikil tajam yang dijumpai.
Anda yang kebetulan membaca artikel ini dan sudah menjadi pemimpin (di dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja, maupun di lingkungan lain yang lebih luas) seyogyanya tak perlu berkecil hati. Banyak “resep” yang ditawarkan agar pemimpin itu dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan sukses. Salah satu yang dikemukakan oleh seorang pakar, Saleem HS (2013), bahwa pemimpin akan berhasil dan disukai oleh banyak orang harus memiliki sejumlah kriteria. Adapun kriteria yang dimaksud itu seperti (1) memiliki visi, (2) memiliki passion, (3) belajar membuat keputusan besar, (4) mampu membangun tim, dan (5) memiliki karakter.
Memiliki Visi
Seorang pemimpin diharuskan memiliki visi atau pandangan jauh ke depan. Sekurang-kurangnya yang bersangkutan harus paham betul adanya tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Apa yang diperkirakan akan dapat tercapai pada lima atau sepuluh tahun ke depan hendaknya dapat dirumuskan dan diantisipasi pada saat sekarang yang tentu saja diilhami oleh segala peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Sekolah sebagai organisasi pendidikan formal, misalnya, diupayakan memiliki visi yang jelas guna mengajak semua warga sekolah untuk mencapai cita-cita tersebut. Contoh visi; “Berprestasi dalam akademik dan unggul di bidang karakter.” Jika pada masa kini prestasi siswa-siswa masih tergolong rendah (dibawah standar kriteria minimal), diupayakan dengan sekuat tenaga agar lima tahun ke depan prestasi mereka dapat meningkat, minimal sama dengan prestasi yang diraih oleh sekolah-sekolah yang lain.
Memiliki Passion
Passion atau gairah merupakan satu syarat penting untuk menjadi seorang pemimpin. Jika pemimpin tidak memilikinya maka pemimpin itu tidak akan bisa menjadi pemimpin yang besar. Gairah memimpin biasanya bersifat menular. Ketika pemimpin sedang berbicara mengenai visi dan misi untuk suatu perusahaan, biarkanlah gairah itu menular kepada mereka yang mendengar dan biarkan pula bagi mereka untuk merasakannya. Seorang pemimpin organisasi yang dikatakan sudah berhasil akan merasa senang manakala visi, misi, dan programnya dapat diikuti oleh orang lain. Gairah atau semangat kerja secara kumulatif akan meningkatkan prestasi kerja, lebih-lebih prestasinya itu dapat bermanfaat dan dirasakan oleh orang banyak.
Seorang kepala desa yang baru saja memenangkan lomba desa akan semakin bergairah untuk memajukan desa yang dipimpinnya. Sebaliknya, jika pemimpin mulai kehilangan gairah terhadap visi, misi, dan programnya, maka sudah saatnya untuk menciptakan visi baru yang diprediksi dapat meningkatkan kegairahan. Selayaknya gairah yang dimiliki pemimpin itu diusahakan tak sampai menurun karena kalau itu yang terjadi maka dampaknya akan terasa oleh para anggota. Mereka (anggota atau warga) akan semakin bertanya-tanya, “bagaimana kita bisa membangun sedangkan pemimpin kita saja tidak bergairah untuk membangun ?”
Membuat Keputusan Besar
Belajar membuat keputusan besar yang akan dirasakan oleh masyarakat sangat penting dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin yang tampak ragu atau sulit mengambil keputusan ----padahal keputusan itu sangat mendesak------ biasanya dicemooh oleh masyarakat. Bersikap lamban untuk mengambil keputusan lebih sering merugikan ketimbang menguntungkan banyak pihak. Petunjuk yang dapat diikuti untuk bisa mengambil keputusan besar adalah sbb; (1) bertindak cepat tapi tidak berarti tergesa-gesa, (2) tidak saklek atau tidak kaku dalam mengambil keputusan tapi hal itu dilandasi oleh komitmen yang tinggi, (3) bersikap analisis asalkan jangan sampai terlampau jauh, dan (4) bijaksanalah dalam semua hal penting tapi tidak sampai berubah menjadi sikap yang obsesif.
Membangun Tim
Ada kecenderungan bahwa saat ini pemimpin sangat gemar menggagas adanya kerja sama sebab ia yakin melalui kerja sama itulah semua program akan lebih mudah terealisasi. Bekerja dengan tim (team working) biasanya melahirkan prestasi yang jauh lebih berarti dan lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan tanpa menghandalkan keterlibatan pihak lain. Dalam belajar, misalnya, beberapa hasil surve menunjukkan bahwa hasil yang didapat secara kooperatif melebihi dibandingkan dengan belajar secara mandiri. Apalagi, dalam kenyataannya materi yang dipelajari itu tergolong sulit yang memerlukan banyak “kepala” sebagai sebuah keniscayaan. Begitu pula dalam pemerintahan, untuk menyosialisasikan suatu program yang diyakini bermanfaat bagi masyarakat, diperlukan adanya kerja sama atau membangun tim secara vertikal maupun secara horizontal. Contoh; Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) agar sampai ke seluruh lapisan masyarakat maka diperlukan adanya kerja sama mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, hingga ke ujung tombak dengan melibatkan para kepala dusun, klian banjar, dan kepala-kepala rukun tetangga (RT).
Memiliki Karakter
Unsur yang terakhir ini terasa sangat penting dan melebihi unsur-unsur yang lain yang sudah diuraikan sebelumnya. Karakter memberi warna pada gaya kepemimpinan seseorang. Kekuatan karakter pribadi pemimpin akan bereperan penting dalam caranya memimpin bawahan. Pemimpin berkarakter berarti memiliki integritas kepribadian yang mantap, tangguh, dan yang pantas digugu serta ditiru oleh bawahan/masyarakat. Aspek-aspek karakter yang mesti dimiliki seorang pemimpin seperti antara lain; bersikap religius, jujur, toleran, berdisiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, bersikap demokratis, memiliki rasa ingin tahu, menghargai prestasi, gemar membaca, cinta damai, peduli sosial, peduli lingkungan, dan memiliki tanggung jawab terhadap kerja, juga terhadap masyarakat, terhadap negara, terhadap Tuhan, dan terpenting tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Oleh: Romi Sudhita
Sima 2014