Anda pernah mendengar atau membaca nama besar John Davidson Rockefeller? Dia adalah orang Amerika yang terkenal kaya raya, pengusaha besar dengan sejumlah perusahaan pengeboran minyak dan pertambangan besi dan emas. Salah satu perusahaannya yang terkenal bernama The Standard Oil Company. Pria ini lahir di Richford, New York, pada 8 Juli 1839. Pada usia empat belas tahun keluarganya pindah ke Cleveland, tempat dia menjadi murid pada sebuah sekolah rakyat. Tetapi, pada usia enam belas tahun ia berhenti bersekolah dan menjadi juru tulis di sebuah usaha perdagangan. Dia seorang pekerja keras dan sangat ulet. Dari perjalanan hidupnya, orang menilai Rockefeller adalah pria yang memperoleh kepuasan dengan menumpuk kekayaan. “John Rockefeller menyukai perjuangan, perasaan memperoleh hasil dalam usaha, dan pertarungan melindungi kekayaan yang telah diperolehnya itu,” ujar Sarah K. Bolton, penulis biografinya.
Saking kerasnya ia bekerja, hingga dia tidak mempunyai waktu untuk bermain, tidak ada waktu untuk berekreasi. Seluruh waktunya digunakan hanya untuk mencari uang dan uang. Berekreasi bagi John D. Rockefeller adalah menyia-nyiakan waktu dan membuang-buang uang. Ketika sahabat bisnisnya, George Gardner, mengajaknya pesiar, ia menolak mentah-mentah. Seperti ditulis Dale Carnegie, Rockefeller mengendalikan uang berjuta-juta dollar banyaknya. Walau demikian, ia tidak pernah merasa tenang. Kalau pergi tidur, ia selalu dibayangi kekhawatiran. Khawatir kalau-kalau hartanya hilang. Tidak mengherankan kalau kemudian kesehatannya memburuk. Dia dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia manusia biasa. Ia takut, bingung menghadapi musuh dari luar yang membencinya, dan dari dalam dirinya sendiri yaitu keserakahan dan ketakutan.
Di puncak kejayaannya, Rockefeller jatuh sakit: menderita insomnia, gangguan pencernaan, dan rambut rontok. Dokter mengatakan kepadanya, ia boleh memilih: pensiun dari pekerjaannya atau mati. Akhirnya, Rockefeller memilih pensiun. Untuk menyelamatkan jiwa Rockefeller, para dokter memberinya tiga peraturan. Peraturan itu dilaksanakannya dengan taat sekali. Inilah ketiga peraturan itu: Pertama, hindari rasa cemas, gelisah, dan sedih. Jangan sekali-kali merasa cemas, gelisah, atau sedih, dalam keadaan bagaimanapun juga. Kedua, bersantailah. Bersenam atau berolahragalah di tempat terbuka. Ambilah jenis olahraga yang ringan-ringan saja. Ketiga, taati dan perhatikanlah diet. Berhentilah makan sementara kamu masih merasa lapar sedikit. Bersamaan dengan itu, tumbuh pula kesadarannya untuk mulai memikirkan orang lain. Ia mau melepaskan jutaan dollar bagi kepentingan orang lain! Sumbangan demi sumbangan pun mulai mengalir dari kantongnya. Ia mendirikan Yayasan Rockefeller. Salah satu yang terbesar adalah amal jutaan dollar untuk pendirian sebuah lembaga pendidikan yang bernama University of Chicago. Ia juga membantu orang-orang Negro dan memberikan sumbangan biaya pendidikan melalui Tuskegee College. Dia pun membantu usaha pemberantasan cacing tambang yang saat itu sedang mewabah, membantu penelitian ilmiah, dan banyak lagi amal lainnya.
Dan, bagaimana dengan kabar kesehatan Rockefeller? Setelah melepaskan sebagian harta kekayaannya, apakah ia lantas mendapatkan ketenangan jiwa dan kedamaian batin? Ya, akhirnya dia merasa puas. Rockefeller berbahagia. Sedikit pun ia tak lagi sedih atau takut. Ia bahkan dapat tidur pulas. Begitulah, kebahagiaan itu musuh egoisme. Kebahagiaan tidak bisa dimonopoli sendiri. Kebahagiaan harus dibagikan. Untuk meraih kebahagiaan, tiada jalan lain kecuali membahagiakan orang lain (sw-dw).
Sumber: Tajuk, Majalah Singa Manggala Edisi I tahun 2017
Foto: https://www.google.co.id/search?q=kebahagiaan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiUn87RlbvZAhULppQKHaFLBIUQ_AUICigB#imgrc=XF0BlrhgUN20dM: