Bermula dari menurunnya pembeli kerajinan bokor dan alat upacara dari aluminium, membuat I Gede Ardana memutar otak untuk membuat kreasi-kreasi disain baru. Hasilnya, ia pun berhasil membuat sejumlah disain baru, seperti bingkai kaca, kap lampu dan aneka pernik untuk suvenir perkawinan. Dengan kreasi barunya, kerajinan berbahan aluminium buatannya berhasil menembus pesanan dari sejumlah negara, antara lai dari Kolumbia dan Jepang. Sejak itu kerajinan aluminium dari Desa Menyali, Kecamatan Sawan mulai terkenal. Para pengerajin yang semula lesu, kini bergairah.
Mengenai harga, Gede Ardana mengaku hasil kerajinannya harganya bervariasi, dari seharga dua ribu lima ratus rupiah sampai puluhan juta rupiah. “ Saya pernah mendapat pesanan menghiasi lampu-lampu hotel di Kuta dengan nilai mencapai puluhan juta,” ucapnya bangga.
Gede Ardana yang dulu mengaku hidup susah, karena ayahnya hanya tukang pateri atau soder keliling yang tak mampu memberinya uang bekal ketika sekolah, kini bisa lega karena hasil uasahanya yang dirintisnya belasan tahun sudah mampu menyekolahkan anak-anaknya. Seorang anaknya sudah menamtakan kuliah di Undiksha, dan anaknya yang kedua barus saja menamatkan kuliah di Fakultas Kedokteran Unud. “Saya sangat bersyukur. Berkat kasih sayang Sang Hyang Widhi, kerajinan aluminium kreasi dari studio saya terus mendapat pesanan. Setiap hari saya dan karyawan saya terus bekerja. Ada saja yang mesan,” ucapnya bangga.
Di Desa Menyali, geliat kerajinan aluminium dengan aneka desain mulai menjadi ikon kerajinan kebangaan desa.
Menurut Perbekel Desa Menyali, Made Jaya Harta, didesanya terdapat tujuh kelompok pengerajin aluminum. Kerajinan ini dirintis sejak tahun 1983. “Mula-mula hanya iseng. Tapi karena hasilnya bagus, banyak yang tertarik menekuni kerajinan aluminium,” jelasnya.(st)