(0362) 21146
kominfosanti@bulelengkab.go.id
Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik

Pemandian Air Tawar di Tepian Pantai

Admin kominfosanti | 25 Juli 2013 | 1232 kali

ERWISATA ke wilayah utara ”Pulau Dewata”, jangan lewatkan berenang di Yeh Sanih, tepian pantai Desa Pakraman Sanih, Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Pemandian air tawar itu tak pernah bercampur sedikit pun dengan asin air laut yang jaraknya hanya beberapa meter. Berenang di danau dengan tenang sambil menikmati keindahan pantai....
 
Yeh dalam bahasa Bali berarti air dan Sanih merupakan nama desa itu. Yeh Sanih merupakan mata air yang berada di wilayah Sanih. Sumber mata air jernih ini muncul sekitar tahun 1930. Masyarakat memercayai air yang mengucur tanpa henti itu adalah mata air suci dari Gunung Batur di Kabupaten Bangli. Jarak Batur ke Yeh Sanih sekitar 40 kilometer (km).
 
Air itu melewati pura yang letaknya lebih tinggi dari pantai. Air yang ditampung menjadi pemandian itu merupakan air kucuran terakhir setelah melewati pura. Kucurannya muncul di beberapa titik di antara batu-batu yang sekaligus menjadi dinding kolam pemandian.
 
Sebanyak dua kolam pemandian pun dibangun warga dengan susunan batu-batu. Kolam besar memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter yang diperuntukkan bagi orang dewasa. Kolam lain berdiameter lebih kecil dengan kedalaman setengah meter khusus untuk anak balita dan anak-anak. Airnya bening dan sejuk.
 
Bermain ikan kecil
 
Pemandangan sekitar pemandian ini menunjang kenikmatan berendam atau berenang, apalagi ketika sore tiba. Senja kian membuat siapa pun betah dan tak ingin melewatkan panorama pantai, persis di depan pemandian. Bermain air di pemandian Yeh Sanih juga bisa diwarnai dengan bercengkerama dengan ikan kecil di dalamnya. Seru!
 
Soal kebersihan, pengelola tetap menjaga kawasan wisata sekitar 64 are (sekitar 6.400 meter persegi) itu. Seminggu sekali, pengelola menguras dan membersihkan sampah dan lumut yang muncul.
 
Manajer Obyek Wisata Yeh Sanih Ketut Sumanasa mengatakan, air tawar Sanih tak pernah kering meskipun musim kemarau. ”Karena itu, kami berupaya melestarikan dan merawat keberadaan air yang dipercaya mengalir dari Gunung Batur ini. Kami rutin setiap dua tahun sekali menggelar upacara adat untuk penyucian Yeh Sanih ini,” katanya beberapa saat lalu.
 
Warga pun percaya mata air ini berkah dari Sang Hyang Widi dan harus tetap lestari. Mereka berupaya menjaganya hingga saat ini. Setiap dua tahun sekali, umat Hindu di Yeh Sanih menggelar ritual Nyepi. Ritual itu berbeda dengan penyepian sesuai kalender nasional.
 
Penyepian warga setempat ditentukan pada saat bulan dalam posisi tilem (gelap) dalam hitungan kalender mereka. Mirip dengan perayaan Nyepi pada umumnya, umat Hindu di Yeh Sanih tidak boleh menyalakan api (amati geni), tak boleh bekerja (amati gawe), tak boleh bepergian (amati lelungan), dan tidak boleh bersenang-senang (amati lelanguan).
 
Prosesinya pun serupa, dari pukul 06.00 hingga waktu yang sama di keesokan harinya. Meski jalanan sepanjang Yeh Sanih tak ditutup untuk umum, pengguna jalan tetap mendapatkan pengumuman agar menghormati warga yang tengah menjalani ritualnya. Hanya, jalan kecil atau gang sekitar desa itu tetap ditutup untuk umum.
 
Oleh karena penyepian ini ditujukan untuk penyucian Yeh Sanih, obyek wisata pemandian andalan Buleleng itu pun terpaksa ditutup bagi pengunjung. Sejumlah pecalang (petugas keamanan khusus dari desa) akan menjaga selama prosesi ini berlangsung.
 
”Hanya di desa ini prosesi Nyepi bisa berlangsung dua kali setiap dua tahun sekali,” kata Sumanasa.
 
Setiap hari, wisatawan lokal dan mancanegara datang ke obyek wisata itu. Wisatawan bisa berkunjung mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00. Harga tiket untuk pengunjung dewasa adalah Rp 5.000 per orang. Harga tiket untuk pengunjung anak-anak Rp 3.000 per orang.
 
Setiap hari, sekitar 100 wisatawan datang ke Yeh Sanih. Tak hanya pemandian alami yang ditawarkan, Yeh Sanih juga melengkapi dirinya dengan sajian permainan anak-anak, seperti kereta main dan tempat makan.
 
Namun, Sumanasa mengakui obyek wisata ini belum maksimal dikelola. Obyek wisata ini masih dikelola oleh pihak desa secara sederhana. Sementara pemerintah berkepentingan dalam pemungutan pajak.
 
Selama ini, lanjutnya, pendapatan obyek wisata Yeh Sanih cukup membantu warga setempat. Pemasukan dari Yeh Sanih mampu membantu warga dalam pendanaan untuk menggelar upacara adat setempat.
 
Pura Maduwe Karang
 
Wisata alternatif di sekitar Kubutambahan adalah Pura Maduwe Karang dengan jarak tak jauh dari Yeh Sanih. Pura ini memiliki daya tarik karena bangunan dan pembagian halaman peruntukannya. Selain itu, pura ini juga memiliki relief lengkap cerita Ramayana.
 
Tak hanya itu, di Pura Maduwe Karang juga terdapat relief lelaki mengenakan baju adat Bali menunggang sepeda. Lelaki ini dikenal sebagai pejabat Belanda yang datang dan berkeliling mengendarai sekaligus memperkenalkan sepeda. Namanya, WOJ Nieuwenkamp.
 
Relief itu dibuat sekitar 1900 sebagai penghormatan kepada Nieuwenkamp yang memperkenalkan sepeda. Pura itu pun banyak dikunjungi wisatawan asing, terutama dari Belanda.
 
Buleleng berjarak sekitar 120 kilometer dari Kota Denpasar, ibu kota Bali. Namun, keasriannya jangan sampai terlewatkan. Begitu pula dengan jajanan dodol Penglatan yang dikenal mulai 1980.
 
Dodol tersebut mungkin mirip dengan adonan dodol daerah lain. Bahan baku berupa kelapa pilihan beserta gula bali (gula aren) yang kini mulai berkembang dengan aneka rasa, seperti durian, pandan, melon, hingga aroma ketan hitam.
 
Perbedaan dodol ini dengan dodol daerah lain adalah pembungkus dodol dari kawasan ini menggunakan kulit jagung kering yang bersih. Penggunaan kulit jagung kering ini membuat dodol itu lebih tahan lama.
 
Bentuknya digulung memanjang dan diikat pada kedua ujung, seperti permen. Panjangnya sekitar telunjuk orang dewasa dengan diameter sekitar dua kali telunjuk.
 
Keunikan pada pengemasan dodol ini menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk membelinya sebagai oleh-oleh. Tak heran, jajanan asli Buleleng ini sering pula dibawa ke beberapa negara.
 
Jikalau ingin berlibur ke Bali, jangan lewatkan bagian utara. Buleleng bisa menjadikan obyek melali (jalan-jalan) berkesan.... (AYU SULISTYOWATI)