Setelah vakum hampir lima tahun, Buleleng Festival (Bulfest) akhirnya kembali hadir dengan semangat yang lebih segar dan relevan. Kembalinya festival kebanggaan masyarakat Buleleng ini bukan sekadar penanda kebangkitan kegiatan budaya pasca-pandemi, tetapi juga momentum strategis untuk mempertemukan kekayaan warisan leluhur dengan perkembangan era digital. Tahun ini, Bulfest 2025 mengusung tema “The Mask History of Buleleng” atau “Topeng Leluhur, Jiwa Buleleng”, sebagai simbol revitalisasi identitas budaya yang berpadu harmonis dengan semangat transformasi digital.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng, Ketut Suwarmawan, S.STP., M.M., turut hadir dalam jumpa pers peluncuran Bulfest 2025 yang digelar di Rumah Makan Ranggon Sunset Singaraja, Rabu (30/7). Dalam keterangannya, ia menegaskan bahwa Bulfest tahun ini bukan hanya menjadi perayaan seni budaya, tetapi juga menjadi panggung kolaborasi antara pelestarian tradisi dan inovasi digital daerah.
“Melalui Bulfest dan Buleleng Digital Expo, kami ingin menghadirkan wajah Buleleng yang tidak hanya kaya akan budaya, tetapi juga adaptif terhadap kemajuan teknologi informasi. Ini adalah wujud sinergi antara pelestarian budaya dan pembangunan digital yang inklusif,” ujar Ketut Suwarmawan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Dinas Kominfosanti akan terlibat aktif dalam pelaksanaan Buleleng Digital Expo (BDE) yang menjadi salah satu bagian utama dalam rangkaian Bulfest 2025. Bertempat di Rumah Jabatan Bupati Buleleng, BDE akan menghadirkan berbagai inovasi, mulai dari layanan publik berbasis digital, pameran teknologi informasi, kompetisi e-sport, job fair, hingga talk show literasi digital.
“Buleleng Digital Expo ini adalah panggung terbuka bagi generasi muda untuk tampil, mengekspresikan ide, dan menyerap semangat inovasi. Kami ingin membangun ekosistem digital yang sehat, yang mampu menopang kemajuan daerah dari bawah,” tegasnya.
Sebagai perangkat daerah yang bertugas dalam bidang komunikasi publik dan transformasi digital, Kominfosanti juga akan memastikan kelancaran publikasi, dokumentasi, serta penguatan citra positif festival ini melalui berbagai saluran informasi. Kerja sama lintas OPD dan dukungan komunitas kreatif juga akan menjadi kunci dalam menjangkau audiens yang lebih luas, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.
Buleleng Festival 2025 akan digelar di sejumlah titik strategis di Kota Singaraja, seperti Tugu Singa Ambara Raja, Gedung Sasana Budaya, Puri Kanginan, dan Gedung Wanita Laksmi Graha. Festival ini akan melibatkan lebih dari 1.000 pelaku seni, UMKM, dan komunitas dari sembilan kecamatan, menjadikannya sebagai ruang ekspresi budaya sekaligus penggerak ekonomi kreatif lokal.
Sebagai ikon utama, Topeng Wayang Wong Tejakula dipilih karena merepresentasikan semangat pelestarian nilai-nilai luhur masyarakat Buleleng. Tak hanya sebagai seni pertunjukan, topeng ini menjadi simbol spiritualitas, identitas, dan ketekunan generasi dalam menjaga akar budaya.
“Festival ini adalah representasi jiwa masyarakat Buleleng—berakar kuat pada tradisi, namun terbuka dan siap melangkah ke masa depan,” tutup Kadis Kominfosanti.