Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik Dinas Kominfosanti Kabupaten Buleleng, I Putu Suryada Santhi, menghadiri kegiatan Monitoring dan Evaluasi Program Genting (Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting) yang dilaksanakan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) Perwakilan Provinsi Bali di Aula Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP2KBP3A) Kabupaten Buleleng, Selasa (7/10).
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat implementasi program Genting sebagai gerakan kolaboratif dalam pencegahan stunting di tingkat keluarga berisiko.
Ketua Tim Kerja Genting Kemendukbangga Provinsi Bali, Dewa Nyoman Dalem, menyampaikan apresiasi atas langkah nyata Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam menggerakkan program Genting sejak awal tahun 2025. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 21 orangtua asuh atau donatur telah aktif membantu keluarga berisiko stunting di wilayah Buleleng dengan tingkat intervensi mencapai 4,3 persen.
Dalam paparannya, Dewa menjelaskan bahwa keluarga berisiko stunting meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak berusia di bawah dua tahun (baduta). Pada masa seribu hari pertama kehidupan (HPK), diperlukan intervensi gizi dan edukasi yang tepat agar tumbuh kembang anak berjalan optimal.
Selain faktor gizi, lanjut Dewa, stunting juga dipengaruhi oleh faktor sensitif seperti lingkungan tidak sehat, sanitasi buruk, serta pola asuh yang kurang tepat. Karena itu, edukasi dan perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci utama dalam pencegahan stunting.
Sementara itu, Sekretaris DP2KBP3A Kabupaten Buleleng, Nyoman Suyasa, memaparkan bahwa program Genting di Buleleng dijalankan dengan pendekatan empat dimensi utama: bantuan nutrisi, perbaikan sanitasi, penyediaan akses air bersih, serta edukasi berkelanjutan bagi keluarga berisiko.
Hingga kini, tercatat 81 orangtua asuh telah bergabung dalam program Genting di Kabupaten Buleleng. Dari jumlah tersebut, 21 di antaranya memberikan bantuan langsung, sedangkan sisanya fokus pada pendampingan dan edukasi keluarga berisiko stunting.
Meski demikian, angka tersebut masih jauh dari kebutuhan ideal. Berdasarkan data terakhir, terdapat lebih dari 17 ribu keluarga berisiko stunting (KRS) di Kabupaten Buleleng, dengan sekitar 900 keluarga telah teridentifikasi mengalami stunting.