Buleleng Festival (Bulfest) 2025 kembali hadir bukan sekedar pesta seni dan budaya, tetapi juga sebagai ajang edukasi publik serta wujud nyata implementasi kebijakan pemerintah, khususnya dalam pengelolaan lingkungan dan pengurangan sampah.
Dalam dialog interaktif di salah satu radio swasta, Jumat (8/8), Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng Gede Suyasa selaku Ketua Panitia Bulfest 2025, didampingi Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng Ketut Suwarmawan, memaparkan rangkaian agenda dan filosofi di balik penyelenggaraan festival terbesar di Bali Utara ini.
Mengusung tema “The Mask History of Buleleng Topeng Leluhur, Jiwa Buleleng”, Bulfest 2025 menata setiap sudut kota menjadi zona pengalaman berbeda:
Zona Puri Kanginan Catus Pata – Pertunjukan seni klasik Buleleng.
Gedung Sasana Budaya – Seni tradisional yang memancarkan kekayaan lokal.
Jalan Veteran – UMKM kuliner dengan ragam cita rasa khas.
Halaman Parkir DPRD – Kreativitas anak muda dengan open stage yang penuh energi.
RTH Rumah Jabatan Bupati – Buleleng Digital Expo & pameran lukisan bertema Topeng.
Gedung Laksmi Graha – Seminar budaya mengulas filosofi Topeng Buleleng.
Jalan Pahlawan depan TMP Curastana – UMKM kriya & fashion.
Panggung Utama Bulfest – Berlokasi di depan Tugu Singa Ambara Raja, ikon Bali Utara.
Kepala Dinas Kominfosanti Buleleng Ketut Suwarmawan menegaskan bahwa selain mengangkat kearifan lokal, Bulfest 2025 menjadi sarana penyebarluasan informasi dan edukasi publik terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
“Melalui media informasi dan ruang interaksi seperti Bulfest, kita tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak masyarakat mengelola sampah secara bijak,” ujarnya.
Dengan perpaduan warisan budaya, inovasi digital, dan kepedulian lingkungan, Bulfest 2025 diharapkan menjadi momentum kebanggaan Buleleng sekaligus inspirasi bagi daerah lain dalam menyelenggarakan festival yang berkelanjutan. (Ag)