(0362) 21146
kominfosanti@bulelengkab.go.id
Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik

BULELENG MULAI RAMBAH PASAR EKSPOR BUAH NAGA

Admin kominfosanti | 29 Oktober 2018 | 397 kali

Keberhasilan Kabupaten Buleleng dalam mengekspor buah manggis ke Tiongkok (China) menimbulkan niat Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan lagi pasar ekspornya. Kini Kabupaten Buleleng tengah mencoba menyasar pasar ekspor untuk buah naga ke Tiongkok (China) mengingat ada permintaan cukup besar pada komoditas tersebut. Keinginan Kabupaten Buleleng ini sejalan dengan program Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang berupaya mendapatkan akses pasar komoditas buah naga ke Tiongkok.

Keinginan ini mendapatkan sambutan positif dari General Administration of Customs People’s Republic of China (GACC). Salah satu tahap yang harus dilakukan dalam kajian analisis buah naga di Buleleng adalah dilaksanakannya kunjungan lapangan (on site visit) ke kebun produksi buah naga di Buleleng oleh tim GACC. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Buleleng menunjuk satu perkebunan buah naga yang diyakini memiliki kualitas ekspor, yakni pekebunan buah naga milik I Wayan Kantra. Perkebunan dengan luas 14 hektar ini terletak di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan.

Untuk melihat kelayakan buah naga dar Kabupaten Buleleng ini, tim GACC melakukan kunjungan lapangan ke perkebunan milik I Wayan Kantra, Kamis (25/10). Kedatangan tim GACC ini didampingi Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Balai Karantina Pertanian Provinsi Bali, dan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.

Dalam kunjungan lapangan tersebut, tim GACC melakukan analisis dengan mengambil sempel buah dan sempel hama yang ada di pohon buah naga milik I Wayan Kantra. Sempel tersebut nantinya akan di uji terlebih dahulu. Tim GACC juga mencoba rasa buah naga milik I Wayan Kantra.

Menurut Kepala Seksi Karantina tumbuhan dari Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia Irsan Nuhanto mengatakan, peluang berhasilnya pengeksporan buah naga Buleleng ini sangat besar. Menurutnya, dibandingkan dengan buah naga di Negara lain, buah dari Buleleng memiliki ukuran yang lebih besar dan rasa yang lebih manis.

“Selama ini china mengimport buah naga dari Thailand dan Vietnam, tapi buah naga kita memiliki keunggulan dari segi ukuran dan rasa. Selai itu kalau buah naga kita dibelah tidak rusak sedangkan dari Negara Vietnam dan Thailand itu rusak. Nah ini lah keunggulan buah naga kita,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Ir. Nyoman Genep,MT mengatakan, Pemkab Buleleng terus mendukung petani di Buleleng dengan melakukan pembinaan terkait kualitas buah ekspor. Ia mengungkapkan, Pemkab Buleleng terus mengembangkan pertanian berbais organik. Menurutnya, hasil perkebunan yang berbasis organik lebih mudah untuk menembus pasar ekspor. Genep menuturkan, ini merupakan tahap awal untuk memulai merambah pasar ekspor buah naga Buleleng.

“Jika ini memenuhi syarat sesuai apa yang mereka inginkan dan jika kedepannya sudah memasuki tahap ekspor, tentunya kita akan kembangkan lagi. Ini karena kondisi kita sangat cocok untuk mengembangkan komuditas buah naga,” jelasnya

Pemilik kebun buah naga I Wayan Kantra mengaku, selama ini ia memang menggunakan pupuk organik. Hal ini diakuinya untuk menyambut peluang pasar ekspor. Kantra menuturkan, selama ini buah naga miliknya sudah pernah di ekspor ke jerman dalam bentuk olahan. Untuk buah segarnya, ia mengaku pernah mengekspor buah naganya ke Hongkong. Namun ia mengaku biaya oprasional ekspor ke Hongkong sangat mahal, sehingga ia tidak melakukan ekspor kesana lagi. Kantra menjelaskan, untuk ekspor ke China, dirinya menunggu keputusan kelayakan dari tim GACC. Selain itu, ia juga menunggu harga yang ditawarkan dari investor China.

“hari ini belum ada kesepakatan. Hari ini cuma dilakukan pengecekan saja. Apakah buah naga saya layak atau tidak di ekspor ke China,” ungkapnya.

Selanjutnya, jika sudah tercapai kesepakatan, ia mengatakan siap memberikan pasokan kebutuhan buah naga yang diperlukan. Ia menjelaskan, perkebunannya bisa menghasilkan 600 sampai 700 ton setahun.

“Dari perkebunan seluas 14 hektar ini perkiraan saya bisa menghasilkan 600 sampai 700 ton,” ungkapnya.