Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI dan Pencanangan Kesatuan Gerak PKK-KKBPK-Kesehatan Tahun 2019 di Panggung Terbuka Eks. Pelabuhan Buleleng, Jumat, (28/6), terbilang cukup menarik perhatian undangan atas sambutan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Program Pemerintah Pusat yakni Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait mottonya “Dua Anak Cukup” dinilai kurang cocok dengan budaya keluarga di Bali. Gubernur Wayan Koster dalam sambutannya menerangkan bahwa di Bali, keberadaan nama “komang atau ketut” sudah sangat langka dan kedepannya bisa punah. Terkait program pusat dua anak cukup, di Bali sudah diimplementasikan dengan sangat baik, hal itu terbukti dari data kartu keluarga (KK) ataupun daftar peserta didik tingkat SD yang sangat jarang ditemukan nama anak komang atau ketut. “Sekarang negara sudah terjun langsung dengan APBN dan APBD untuk mengurusi pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan banyak lagi, bikin anak banyak-banyak,” Ujar Gubernur Koster. Dipenghujung sambutannya, Gubernur Koster kembali mengajak seluruh masyarakat Bali untuk berpartisipasi melestarikan kearifan lokal Bali dengan mempunyai banyak anak dengan KB Bali yaitu empat anak, sehingga kedepan nama komang dan ketut tetap ada.
Menyikapi ajakan KB Bali, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Deputi KBKR) BKKBN, Dr. Ir. Dwi Listyawardani mengaku hal itu tidak menjadi permasalahan bagi pemerintah pusat. “Kami di pusat tetap menggangap hal ini sebagai keragaman yang ada di Indonesia, jadi kembali lagi itu adalah ajakan dari Pak Gubernur, kita kembalikan kepada keluarga masing-masing untuk memutuskan,” Ujarnya.
Sementara itu, dari laporan Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster juga mengajak seluruh masyarakat Bali untuk melestarikan tenun songket yang kini keberadaannya sudah terancam oleh hadirnya kain dengan motif songket dan teknik bordir. Perbandingan hasil produksi dari pengrajin tenun songket sangat jauh dibawah, dimana tenun songket dihasilkan dalam kurun waktu sebulan lebih, berbeda halnya dengan kain motif songket yang dalam sehari bisa dihasilkan puluhan bahkan ratusan menggunakan mesin cetak motif atau print. Ny. Putri Koster berharap dengan peran serta seluruh lapisan masyarakat yang memilih tenun songket khas Bali, kedepannya pengrajin tenun songket di Bali akan kembali pulih dalam hal perekonomian dan sekaligus secara tidak langsung melestarikan tenun songket.
Selanjutnya, Gubernur Koster didampingi Deputi Dwi Listyawardani, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Ny. Putri Koster dan Ketua TP PKK Buleleng Ny. Aries Suradnyana membuka secara resmi Harganas XXVI dan Pencanangan Kesatuan Gerak PKK-KKBPK-Kesehatan Tahun 2019 yang ditandai dengan pemukulan gong. (Agst)
Sumber: https://bulelengkab.go.id/detail/berita/gubernur-koster-ajak-masyarakat-terapkan-kb-bali-35