Dalam rangkaian kegiatan Tirta Yatra yang diadakan pada 17 s.d 19 Juli 2019, Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kab. Buleleng melakukan persembahyangan bersama di Pura Luhur Giri Arjuno, Batu, Jawa Timur pada Kamis (18/7). Persembahyangan dipuput oleh Ida Rsi Rama Adhi Dharma Catur Telabah.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kab. Buleleng I Ketut Suweca menjelaskan tujuan diadakannya rangkaian kegiatan Tirta Yatra ini bagi jajarannya adalah sebagai penyeimbang antara aktivitas duniawi dengan rohani. Terkait pemilihan tujuan Tirta Yatra kali ini Kadis Suweca menjelaskan ada perbedaan di mana tahun lalu Pura Agung Blambangan sedangkan sekarang Pura Luhur Giri Arjuno di Batu.
Sementara itu, dijelaskan oleh Ida Rsi Rama Adhi Dharma Catur Telabah, Pura Luhur Giri Arjuno merupakan situs peninggalan Candi Pawon dari Kerajaan Singosari pada Abad 8 yang kemudian direnovasi menjadi seperti sekarang pada Tahun 1997. Selain itu, Ida Rsi menambahkan dalam areal Pura tersebut juga dulunya terdapat padepokan milik Mpu Sendok pada masa sebelum Kerajaan Singosari. "Mpu Sendok ini waktu raja sebelum Singosari masih Raja Kahuripan, mertuanya Prabu Airlangga" jelasnya.
Arsitektur Pura Luhur Giri Arjuno memiliki keunikan yang khas, dengan bangunan pelinggih serta candi bentar yang didominasi oleh warna hitam dan keemasan pada ukirannya itu disebutkan oleh Ida Rsi Pura menggunakan gaya ukiran Jawa pada masa keemasan agama Hindu dan Budha. Hal tersebut, lanjut Ida Rsi tampak jelas dari stupa yang perpaduan antara kerajaan Kanjuruan dan Kutai yang masing-masing beragama Budha dan Bodhi atau Hindu. "Hubungan Budha sama Bodhi ini di waktu Kerajaan Kanjuruan. Yang Budha dari Prabu Siliwangi, yang Bodhi dari Kutai masih Raja Mulawarman" jelasnya. (cnd)